Mahasiswi MTPB, Ulan Paluti Agustina, memanfaatkan eceng gondok dan limbah peternakan sebagai bahan penelitiannya. Ia menciptakan media pengembangbiakan cacing tanah dari limbah ternak dan eceng gondok, yang memiliki potensi sebagai pencemar lingkungan dan gulma. Bahan baku yang digunakan meliputi tumbuhan eceng gondok, kotoran ayam dan sapi, sludge biogas kotoran ayam dan sapi. Sludge sendiri merupakan limbah dari pembuatan biogas berbasis kotoran ternak. Media terbaik menurut penelitiannya yaitu campuran sludge biogas kotoran ayam dan sludge kotoran sapi yang dapat mendukung pertumbuhan cacing dengan baik. Terlihat dari jumlah dan bobot cacing yang ada pada media tersebut.
Selain berfungsi sebagai media pengembangbiakan cacing, campuran eceng gondok dan kotoran ternak ini dapat digunakan sebagai pupuk kompos karena masih mengandung bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tanaman.
Dalam kesimpulannya, Ulan menuliskan bahwa usaha budidaya cacing tanah merupakan usaha yang dapat dilakukan di masyarakat karena mempunyai nilai ekonomi. Nilai kelayakan investasinya dapat dilihat dari NPV > 0, BC rasio > 1, dan IRR lebih dari suku bunga pinjaman.
Bagaimana kalau tanpa menggunakan sludge kotoran ayam atau sapi? Apa masih bisa dipraktekkan?
Bisa, tetapi tetap ditambahkan bahan organik, seperti kotoran ternak, sebagai sumber nutrisi cacing. Lebih jelas, dapat diakses di http://www.pasca.ugm.ac.id/v3.0/publikasi/id/prodi/9/1742
Admin.