Yayasan Caritra atau yang dikenal dengan Housing Resource Center (HRC) berperan dalam pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan, studi kebijakan dan peraturan pemerintah, dan layanan klinik rumah sehat.
HRC awalnya diinisiasi oleh para aktivis perumahan, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, UN Habitat, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pasca gempa 2006 di Yogyakarta. Layanan awal HRC meliputi penyediaan informasi dan pengelolaan forum penanganan bencana dan perumahan. Saat ini HRC telah melayani 7 provinsi di Indonesia dengan berbagai program terkait perumahan dan perkotaan.
Bertempat di kantor HRC (21/2/2018), diskusi ini bertemakan “Penataan Pemukiman dan Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan”. Diskusi yang dilakukan merupakan salah satu kegiatan dari mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Berkelanjutan yang diampu oleh Muhammad Sulaiman.
Pasca gempa yang terjadi di Kabupaten Bantul pada tahun 2006, HRC menawarkan bantuan kepada masyarakat yang terdampak berupa perencanaan penataan permukiman. Akan tetapi, hanya satu kampung yang bersedia menerima tawaran tersebut, yaitu Kampung Serut. HRC kemudian melakukan pendampingan dalam upaya penataan kembali Kampung Serut. Kampung Serut ditata, dibangun ulang dengan semua rumah menghadap ke jalan. Dipaparkan oleh Melissa, Peneliti Lingkungan dan Kebijakan perumahan HRC, desain yang ditawarkan adalah pemukiman tahan gempa.
Tidak hanya itu, masyarakat Kampung Serut juga dibekali dengan keterampilan pengolahan sampah, teknologi pertanian terpadu, hingga fasilitas lingkungan berupa RTH, sehingga terciptalah kampung yang sehat.
Faradhani, Manager Project HRC, menambahkan bahwa masyarakat di Kampung Serut sangat menerima pendampingan dari HRC karena masyarakat merasakan sendiri manfaat yang diperoleh dari pendampingan tersebut. Ibu Faradhani mengungkapkan bahwa Kampung Serut merupakan pemasok markisa bagi perusahaan sirup, karena Kampung Serut mampu membudidayakan markisa dengan baik.
Diskusi berjalan dengan lancar dan antusiasme peserta sangat tinggi. Salah satu peserta diskusi, Nurfadhilah, menanyakan mengenai pengolahan sampah yang dilakukan di kampung tersebut. “Saat ini masyarakat di Kampung Serut mampu membuat kompos sendiri”, jawab Faradhani. Kegiatan ini ditutup dengan sesi foto bersama. (Arf)
HRC itu adalah lembaga yang sudah terkenal dalam membangun masyarakat. Saya ijin bertanya, dalam proses membangun masyarakat sendiri ada satu sistem pola pikir yang harus diintegralkan. Bagaimanakah cara HRC untuk memwujudkan hal tersebut ?
HRC memiliki tim kerja dengan latar belakang beragam, anggapannya sebagai elemen-elemen yang berbeda. Dengan berbagai tim kerja yang beragam tentunya HRC dapat berpikir secara luas dan menyeluruh, tidak hanya berpikir atomistik, sehingga pola pikir integralistik dapat dicapai. Semoga menjawab. Lebih lanjut, hubungi https://www.hrcindonesia.org/hubungi-kami
Admin.